Bengkulu,- Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pada pertengahan Agustus 2025 menggelar Diskusi Kelompok Terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) di Provinsi Bengkulu. Diskusi yang berlangsung di Kantor BKKBN Bengkulu pada Kamis (21/8/2025) menghadirkan sejumlah instansi perumus dan pengambil kebijakan di daerah serta perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) KB di Provinsi Bengkulu serta melibatkan pihak akademisi yaitu Universitas Bengkulu (UNIB), Universitas Dehasen (UNIVED), Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB).
Direktur Pemaduan Kebijakan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Martin Suanta, SE., M.Si menyebutkan diskusi tersebut bertujuan untuk menggali perspektif dan pengalaman lapangan dari para pemangku kepentingan di berbagai wilayah yang memiliki karakteristik demografi dan capaian program yang berbeda. Dan dapat memvalidasi hasil analisis awal yang telah diperoleh dari kajian data sekunder.
“Mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan spesifik wilayah, baik di daerah dengan kelebihan maupun kekurangan capaian parameter kependudukan, pembangunan keluarga, dan keluarga berencana (asimetri)," kata Martin, di Bengkulu, Kamis (21/8/2025).
Martin menyebutkan bahwa terdapat pemetaan wilayah (clustering) dalam pembuatan Kebijakan Asimetris Pengendalian Penduduk dan Pembangunan Keluarga. Clustering dilakukan dengan menggunakan 18 indikator. Diantaranya terdapat indikator Total Fertility Rate (TFR), Age Specific Fertility Rate (ASFR), Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need), rata-rata lama sekolah Usia 15 Tahun ke atas dan Tingkat Kemiskinan. Masih ada indikator lain pun menjadi bahasan dalam diskusi yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga), Rumah Layak Huni, terjangkau, dan berkelanjutan, Lansia Berdaya, Angka Kelahiran Balita, juga Laju Pertumbuhan Penduduk menjadikan sebagai indikator dalam diskusi itu.
"Berdasarkan indikator tersebut Tim Peneliti Universitas Indonesia membagi menjadi 5 clustering, di mana Bengkulu masuk dalam clustering Empat dengan ciri-ciri TFR cenderung sedang (2,2 – 2,3) dan ASFR cenderung sedang. Tingkat Kemiskinan cenderung sedang, registrasi kelahiran cenderung sedang, registrasi kematian tergolong rendah, IPM sedang (71 – 74), Stunting cenderung sedang ke Rendah," jelas Martin.
Martin menyampaikan tentang isu-isu strategis yang terjadi di Provinsi Bengkulu. Di mana dalam pertumbuhan ekonomi pada triwulan II, kontribusi regional Sumatera dalam PDRB dinyatakan sebesar 22,2 persen. Provinsi Bengkulu memiliki kontribusi hanya 0,48 persen dan menjadi provinsi yang terendah di Sumatera. Tiga Lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bengkulu adalah Pertanian (31,2 persen), Perdagangan (13,5 persen) dan transportasi - pergudangan (10 persen). Sementara, kualitas SDM yang digambarkan melalui IPM, Bengkulu di bawah capaian Nasional, sedangkan tingkat kemiskinan kedua tertinggi di sumatera di bawah Aceh, tutup Martin. (irs)
Editor : Rofadhila Azda, S.Ikom., M.A
Rilis : Jumat,22/8/2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar